Amalan Terbaik Manusia
Adzan dikumandangkan dari Musholla Al-Muhajirin. Tanda sudah masuk waktu shalat dhuhur. Di awal suaranya terputus-putus. Bahkan, kalimah “Allahu akbar” diulang beberapa kali, karena microphone yang kurang bersahabat. Karyawan dan karyawati, yang kebetulan ada di kantor, mulai meninggalkan pekerjaannya, menuju musholla. Hari Kamis (23/5) ini, ada jadwal kultum Ramadhan. Ini adalah kultum yang ketiga untuk bulan Ramadhan ini. Pagi-pagi, di grup WA DPUPRKP sudah diumumkan, kultum siang ini akan disampaikan oleh Ustadz Drs. H. Zamari.
Selesai jamaah shalat dhuhur, Ustadz Drs. H. Zamari (UHZ) membahas makna ahsanu ‘amala (amal yang baik) yang dimaksud dalam Surat Al-Mulk ayat 2: “(Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Kualitas amal disebut “baik”, dijelaskan UHZ, di dalam Bahasa Arab memiliki dua tingkatan, yaitu baik dan lebih baik atau terbaik. “Baik” yang dimaksud di dalam ahsanu ‘amala adalah kualitas yang terbaik. Artinya, manusia diharapkan mampu menunjukkan amal terbaiknya. Indikatornya untuk mengukur amalan terbaik dengan melihat tujuan manusia diciptakan, yaitu sebagai hamba/abdi (dalam bahasa jawa disebut batur) dan sebagai khalifah (pengatur).
Sebagai hamba/abdi (batur), amalan terbaik manusia diukur dari kemampuannya dalam menjalankan ibadahnya. Yang pertama, adalah kualitas ibadah wajibnya. Tiga dari lima tiang utama Islam (syahadat, sholat, puasa) adalah ibadah wajib agar diperhatikan. Ibadah wajib ini perlu didukung dengan ibadah sunnah. Masing-masing orang perlu memilliki ibadah sunnah andalan, seperti puasa senin-kamis, puasa Dawud, shadaqah, umroh, atau lainnya.
Sebagai khalifah (pengatur), amalan terbaik manusia diukur dari bagaimana ia menjalankan fungsi-fungsi dalam kehidupan sosialnya, baik sebagai guru, pegawai, dan lainnya. Dalam menjalankan fungsi ini, kuncinya adalah STAF (shidiq, tabligh, amanah, fathanah). Sifat shidiq, tabligh, amanah, fathanah adalah akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Kecerdasan (fathanah) adalah aspek penting dalam menjalankan fungsi khalifah, tetapi harus dibarengi dengan akhlak (shidiq, tabligh, amanah). Dalam menjalankan fungsi sebagai khalifah (pengatur) harus dilandasi akhlak.
Dicontohkan oleh UHZ, di suatu sekolah, penggunaan sistem presensi elektronik (mobsi), ada guru yang menitip handphone untuk presensi kepada tukang kebon. Atau, seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri. Dengan kecerdasannya, dia dapat mengakali sistem, sehingga setiap naik alat transportasi umum (kereta/bus) tidak membayar. Setelah lulus, setiap melamar kerja di negara itu tidak diterima. Karena perilakunya yang tidak amanah.
Demikian kultum dari UHZ, bahwa amalan terbaik manusia adalah diukur dari ibadahnya sebagai abdi/hamba/batur dan akhlaknya sebagai khalifah/pengatur. Kultum Kamis siang diakhiri dengan doa, yang diaminkan oleh jamaah yang hadir. (ATM)
Berita Terkait
- Pembangunan Jembatan Pucung
- Penyaluran Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) APBD Tahun 2024
- DPUPRKP Gelar Apel Peringatan Hari Otonomi Daerah ke XXVIII
- Forum Jasa Konstruksi Kabupaten Gunungkidul : E-Catalogue Konstruksi
- Sosialisasi AHSP Permen PUPR Nomor 8 Tahun 2023 (Bidang Cipta Karya) serta Pengenalan Produk Baja Ringan dan Genteng Beton